Kolaborasi Doktor Tafsir dan Dokter Jiwa Tangani Jemaah Disorientasi

By Admin

nusakini.com--Ekspresi pasien di ruang gangguan jiwa Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah ini berbeda dengan galibnya pasien psikiatri calon haji (calhaj). Tangan dan kakinya tidak diikat kain ke tiang ranjang, seperti pasien disorientasi lain yang suka mengamuk. Jemaah wanita asal Aceh itu tidak meronta atau teriak, tapi duduk diam mematung di lantai keramik, dengan mata terpejam. Ia bergeming saat diajak berbincang oleh dokter.  

Usianya baru 49 tahun, lebih muda dibanding sebagian besar pasien psikiatri yang berumur di atas 70 tahun. Dokter Syahri, Humas KKHI Makkah, mengajak Prof Dr Aswadi Syuhada, salah satu konsultan ibadah haji Daerah Kerja (Daker) Makkah, yang tengah mendoakan pasien psikiatri di kamar sebelah, yang kaki tangannya diikat ke sudut ranjang, untuk menemui pasien, berinisial BBM, yang diagnosis mengalami gangguan afektif bipolar dengan gangguan psikotik. 

Aswadi, Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya itu menemui BBM, menepuk punggungnya, sambil membaca shalawat, kemudian memegang jidatnya. Wanita bertubuh tambun itu spontan bereaksi. Matanya terbuka dan senyumnya mengembang.  

“Ikuti kata-kaya saya,” kata Aswadi pada BBM. Dokter spesialis kedokteran jiwa yang merawat BBM, Trisna, kebetulan juga asal Aceh, pun memandu dengan bahasa Aceh, agar BBM mengikuti bacaan Aswadi, doktor bidang tafsir, yang menulis disertasi tentang “Konsep Syifa’ (Obat) Dalam Al-Qur’an” di UIN Jakarta.  

Ternyata, BBM yang sedari tadi beku mematung, mendadak patuh mengikuti bacaan Aswadi, sambil sesekali tertawa, mengikuti bacaan basmalah, tahlil, shalawat, dan beberapa doa. “Naik ke ranjang ya?” saran Prof Aswadi. “Enak di bawah, dingin, sambil dzikir,” kata BBM, sambil menulis angka 33 dengan bullpoint hitam di telapak kirinya.   

“Angka apa itu?” tanya Aswadi, mantan Kaprodi Bimbingan dan Konseling di UIN Surabaya ini, sambil menguji respons BBM. “Berat koper maksimal 33 kg kan?” jawab BBM sambil terkekeh. Komunikasi jadi interaktif, dan pelan-pelan, BBM mau naik ke ranjang. Itulah buah kolaborasi doktor tafsir dan dokter jiwa, untuk membangkitkan mental BBM.  

Peran Tim Konsultan Ibadah Daker Makkah bukan sekadar memberi tausiyah agar jemaah menguatkan niat lillahi ta’ala, patuh pada kewajiban dan larangan dalam haji, tapi juga bersinergi dengan tim kesehatan dalam menangani jemaah calhaj yang sedang dirawat.  

Menjelang wukuf di Arafah, yang berlangsung Senin (20/08), Konsultan Ibadah Haji Daker Makkah berkunjung ke KKHI, di kawasan Aziziyah, tepat hari kemerdekaan, Jum’at, 17 Agustus lalu. Mereka terdiri Prof Dr Aswadi Syuhada dan Ustadz Hasan Nurdin Adam.  

Sekitar 180 pasien tengah dirawat, pada hari minus tiga sebelum wukuf, termasuk 30-an pasien dengan gangguan jiwa. “Angka itu terhitung menurun dibanding tahun lalu, pada hari yang sama,” kata Dokter Syahri, Humas KKHI. 

Ada beberapa skema cara wukuf yang disiapkan para Konsultan Ibadah. Wukuf termasuk rukun haji. Tanpa wukuf, haji tidak sah. Hadis Nabi menyebutkan, al-hajju ‘arafah, hakikat haji adalah wukuf di arafah. Berbagai cara disiapkan untuk memberi jalan keluar bagi pasien dalam menjalankan wukuf.  

Ada skema safari wukuf. Pasien diangkut dengan ambulans, didampingi pembimbing ibadah, ke arafah, kemudian dipulangkan lagi ke temat perawatan. Wajib haji yang lain, seperti mabit (bermalam) di Muzdalifah, mabit di Mina, dan melontar jumrah (batu kecil), akan dijalankan oleh orang lain sebagai pengganti (badal). 

Ada pula skema badal haji. Pasien tidak pergi ke Arafah, dan wukuf serta rangkaian rukun dan wajib haji yang lain diperankan pengganti. Sebelumnya, Tim Konsultan melakukan wawancara seleksi petugas badal haji. Nantinya, jemaah akan memperoleh sertifikat badal haji.  

Skema ketiga, jemaah yang dirawat dimotivasi dan ditangani maksimal, agar kembali pulih. Sudah banyak yang sehat kembali. Di antara jemaah yang pernah dirawat karena gangguan jiwa pun, menurut Syahri, tercatat 80-an jemaah yang berhasil dipulangkan ke pemondokan. 

Aswadi dan Hasan, pagi itu, memulai kegiatan dengan memimpin doa dan memberi tausiyah motivasi di bangsal pasien laki-laki. Mereka diingatkan, bila belum sempat melakukan umroh, setiba di Makkah, agar mengubat niat dari haji tamattu’ menjadi haji qiran. Usai doa, beberapa pasien sesenggukan sambil salaman dengan Tim Konsultan dan menyampaikan terima kasih.  

Para dokter pun meminta Aswadi dan Hasan untuk juga masuk ke bangsal pasien perempuan. Sejumlah pasien yang semula rebahan, satu-satu berusaha duduk di ranjang sambil menengadahkan tangan.  

“Tausiyah dan doa seperti ini sangat penting dalam proses pemulihan kesehatan pasien,” ujar seorang dokter yang tengah piket. Lawatan Aswadi dan Hasan menjelang Jumatan itu berakhir di ruang perawatan pasien gangguan jiwa. Ruangan dirancang khusus. Kamar-kamarnya lebih kecil, memuat maksimal empat pasien. Ada teralis besi di tiap pintu, untuk antisipasi pasien lepas kendali. (p/ab)